Jakarta, 5 Muharram 1434/19 November 2012 (ZIONIS GO TO HELL) - Presidium
Medical Emergency Rerscue Committee (MER-C) Dr. Jose Rizal Jurnalis Sp.OT
mengharapkan Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) bisa mengunjungi Gaza. Ini disampaikan dalam jumpa
pers terkait meningkatnya eskalasi serangan penjajah Israel dan kondisi relawan
MER-C yang ada di Gaza.
"Kami berharap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bisa
mengunjungi Gaza, sama seperti apa yang dilakukan oleh Presiden Soeharto ketika
mengunjungi konflik di Bosnia," kata dokter yang membidangi
spesialis bedah tulang .
"Beliau (Soeharto) bahkan datang tanpa pakai helm dan
rompi. Tapi pakai pakaian biasa saja. Aman-aman saja, dan bahkan masyarakat
Bosnia salut pada Pak Harto," lanjutnya.
Menurut Dr. Jose, Indonesia selaku Negara berpenduduk Muslim
terbesar di dunia memiliki pengaruh besar terhadap dunia, terutama
negara-negara barat. Jika SBY bisa datang ke Gaza, minimal ke perbatasan,
negara-negara barat kemungkinan besar akan turut campur untuk menghentikan
agresi penjajah Israel.
Ketika pada awal dasawarsa 1990-an Presiden
ke-2 RI Soeharto berkunjung ke kawasan Bosnia saat perang saudara
Bosnia-Herzegovina bergolak.
Ketika itu, dia ingin menunjukkan simpati kepada kaum Muslim di sana, yang dalam posisi sebagai minoritas menjadi bulan-bulanan kelompok etnis lain.
Walaupun di sana terdapat banyak faksi yang sulit ditebak posisinya, Soeharto memutuskan pergi ke Bosnia untuk menengahi konflik yang telah menimbulkan korban jiwa ribuan orang itu.
Ketika itu, dia ingin menunjukkan simpati kepada kaum Muslim di sana, yang dalam posisi sebagai minoritas menjadi bulan-bulanan kelompok etnis lain.
Walaupun di sana terdapat banyak faksi yang sulit ditebak posisinya, Soeharto memutuskan pergi ke Bosnia untuk menengahi konflik yang telah menimbulkan korban jiwa ribuan orang itu.
Pada awal Maret 1995, Soeharto, didampingi
beberapa pembantu terdekatnya, seperti Mensesneg Moerdiono dan Menlu Ali Alatas
berkunjung ke Sarajewo, ibukota Bosnia, yang ketika itu menjadi kawasan
perang yang brutal.
ABRI mengirimkan pasukan pendahulunya untuk menyiapkan kedatangan Soeharto beserta rombongan ke Bosnia, termasuk melakukan pendekatan kepada pemerintah Bosnia serta berbagai faksi yang sedang berseteru.
Ketika rombongan Presiden RI tiba di Eropa, belum ada kepastian bisa tidaknya rombongan itu ke Bosnia. Dalam suasana belum pasti itu, sebuah pesawat milik PBB yang melintas di Bosnia ditembak jatuh pada 11 Maret 1995.
Kejadian itu memberikan tekanan yang tinggi bagi rombongan Indonesia yang ingin ke Bosnia tersebut. Namun, Soeharto memutuskan tetap pergi ke medan tempur itu pada 13 Maret, atau dua hari setelah pesawat PBB ditembak jatuh.
Dengan pengawalan ketat dari ABRI dan tentara PBB, Soeharto memasuki Bosnia. Begitu sampai di pusat pemerintahan Bosnia, Soeharto langsung mengadakan pertemuan tertutup dan anggota rombongan lainnya tidak diperkenankan pergi ke tempat lain agar terhindar dari kemungkinan serangan bersenjata dan penembak gelap.
Setelah Soeharto berunding dengan pejabat-pejabat tinggi Bosnia, akhirnya rombongan kembali ke bandara untuk selanjutnya terbang lagi ke Kroasia.
Perjalanan Soeharto ke medan perang itu, walaupun tidak diikuti dengan konperensi internasional mengenai penyelesaian masalah Bosnia seperti direncanakan, semula tetap dikenang sebagai sebuah perjalanan bersejarah. (Abu Dzakir)
Sumber: AntaraNews
ABRI mengirimkan pasukan pendahulunya untuk menyiapkan kedatangan Soeharto beserta rombongan ke Bosnia, termasuk melakukan pendekatan kepada pemerintah Bosnia serta berbagai faksi yang sedang berseteru.
Ketika rombongan Presiden RI tiba di Eropa, belum ada kepastian bisa tidaknya rombongan itu ke Bosnia. Dalam suasana belum pasti itu, sebuah pesawat milik PBB yang melintas di Bosnia ditembak jatuh pada 11 Maret 1995.
Kejadian itu memberikan tekanan yang tinggi bagi rombongan Indonesia yang ingin ke Bosnia tersebut. Namun, Soeharto memutuskan tetap pergi ke medan tempur itu pada 13 Maret, atau dua hari setelah pesawat PBB ditembak jatuh.
Dengan pengawalan ketat dari ABRI dan tentara PBB, Soeharto memasuki Bosnia. Begitu sampai di pusat pemerintahan Bosnia, Soeharto langsung mengadakan pertemuan tertutup dan anggota rombongan lainnya tidak diperkenankan pergi ke tempat lain agar terhindar dari kemungkinan serangan bersenjata dan penembak gelap.
Setelah Soeharto berunding dengan pejabat-pejabat tinggi Bosnia, akhirnya rombongan kembali ke bandara untuk selanjutnya terbang lagi ke Kroasia.
Perjalanan Soeharto ke medan perang itu, walaupun tidak diikuti dengan konperensi internasional mengenai penyelesaian masalah Bosnia seperti direncanakan, semula tetap dikenang sebagai sebuah perjalanan bersejarah. (Abu Dzakir)
Sumber: AntaraNews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar