Jumat, 16 Maret 2012

EDWARD BERNAYS : BAPAK HUMAS YAHUDI

Edward Bernays: Sang Propaganda Yahudi
Edward Bernays adalah seorang pionir dalam bidang Hubungan Masyarakat (HUMAS) yang lahir pada tahun 1891 dari keluarga Yahudi. Namanya sangat termasyhur dalam bidang manipulasi pikiran manusia lewat jalan media dan menjadi rujukan para manipulator di seluruh dunia.

Oleh karena itu, nama dan gambar Edward Bernays hingga saat ini dipatok di dinding-dinding kuliah marketing sebagai soko guru yang dengan cara cantik bisa menjual produk iblis dengan sangat laris.

Pada prakteknya, Bernays menemukan profesi Public Relation (PR) pada tahun 1920 dan merupakan orang pertama yang mengambil ide-ide Freud untuk memanipulasi massa. Ia menunjukkan (lebih tepatnya mengajari) bagaimana caranya perusahaan bisa membuat orang-orang ingin hal-hal yang sebenarnya mereka tidak perlu dengan cara sistematis lewat keinginan sadar mereka. James Sandorlini dari Chicago Media Watch dalam tulisannya “Propaganda: The Art of War”, menjelaskan bahwa Bernays telah menjalankan propaganda secara serius dengan mengabungkan psikologi individu dan sosial, opini publik, persuasi politik dan trik-trik marketing untuk menjalankan suatu hal yang tadinya ilusi menjadi kenyataan.

Bukti keberhasilan mind control Bernays adalah kampanye rokok perempuan di tahun 1920-an. Saat itu, Bernays berhasil membantu industri mengatasi salah satu tabu sosial terbesar masyarakat Amerika kala itu, yakni larangan perempuan merokok di depan publik. Dengan “cantiknya”, Bernays menampilkan seorang wanita muda sedang memegang rokok. Dengan teknik pemintalan kata-kata dan gambar film tentang ratusan wanita yang sedang merokok, penjualan rokok di Amerika melambung tinggi dan para wanita pun seolah tersihir untuk merokok.
Dan sekarang di Indonesia anda bisa bayangkan bagaimana mungkin, rokok yang jelas-jelas haram dalam Islam bisa dianggap “barang wajib” bagi umat Muslim, bahkan banyak sebagian umat kita malah berujar, “Jika tidak merokok bisa mati!”. Ia yang menimbulkan penyakit, justru muncul dengan pria gagah sedang memanjat gunung dan membelah lautan.
Bagaimana mungkin kredit yang jelas-jelas berlawanan dengan hadis Rasulullah yang melarang dua jual beli dalam satu transaksi bisa dengan sekejap mata menjadi transaksi paling diminati bangsa kita? Ia tampil dari mulai televisi sampai tiang listrik, bahkan di jalan-jalan terpampang foto-foto wanita cantik memakai tangtop dari mulai Jakarta, Depok, Bekasi, Bogor, bahkan bisa jadi hampir di seluruh Indonesia.
Inilah yang disebut oleh Edward Bernays dengan propaganda. Ya aktor Yahudi yang dengan cantik menyulap sebuah kepalsuan. ''Kalau kita mengerti mekanisme dan motif-motif pikiran kelompok tertentu, kini mungkinlah untuk mengontrol dan mengarahkan massa menurut keinginan kita tanpa mereka mengetahuinya,'' (Edward Bernays, Propaganda)

Edward Bernays dan Skenario Politik Yahudi
Maka oleh karena itu, kerja-kerja Bernays tidak lepas dari misi-misi yang sejalan dengan Yahudi. Bagaimana merekayasa sebuah produk kebathilan tapi dibutuhkan. Bagaimana menjadikan kebenaran dipojokkan sebagai ilusi, dan kesesatan diangkat sebagai metode baru menikmati kehidupan.
Tengoklah ekonomi dan akidah umat kita saat ini. Semuanya hancur lebur lewat serangkan aksi Yahudi yang memasarkan Riba, Kredit, hutang, lewat iklan-iklan di televisi. Dan sayangnya banyak dari kita bagai mengikuti seekor biawak yang masuk ke lubangnya, meski kita sudah tahu keharamannya. Padahal Allah dan Rasul-Nya jelas-jelas menyatakan perang bagi pemungut riba.
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kalian orang-orang yang beriman. Jika kalian tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangi kalian. Dan jika kalian bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagi kalian pokok harta kalian; kalian tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (Al-Baqarah: 278-279)
Pikiran kita pun terus dikontrol untuk senantiasa meninggikan sistem buatan manusia. Kita saat ini sudah menjadi sekumpulan umat yang menyembah demokrasi sebagai jalan terbaik. Maka tak heran, organisasi Islam dan umat muslim berbondong-bondong berebut masuk ke Senayan setelah sebelumnya dipropagandakan lewat survei-survei dan hingar bingar pesta rakyat sebagai keharusan bangsa yang maju. Maju versi siapa? Maju versi Yahudi.
“Kita harus mampu memberikan semangat agar para aktifis partai saling berebut kursi pemerintahan.” (Protokol of Zion 4)
Sejatinya trik-trik murahan itu tidak lain buah dari seorang Yahudi bernama Edward Bernays. Filosofinya memang tidak sepele: Ketika propduk kesesatan ditampilkan terus menerus ia bisa menjadi kebenaran. Ketika opini umum sudah sama, maka disitulah kebenaran dan kebathilan menjadi kabur untuk didefinisikan.
Bernays memang memiliki track record mengendalikan opini politik publik. Peningkatan pesat Partai Nazi di Jerman tidak lain adalah hasil dari cara-cara marketing “brilian” Bernays. Ketika tokoh Nazi Joseph Goebbels meninggal, para aparat menemukan buku Propaganda karya Bernays di kamarnya. Bernays sendiri mendadak kaya raya. Berkat temuannya itu ia naik daun menjadi konsultan berbagai perusahaan besar Amerika. Termasuk membantu United Fruit Company, yang punya bisnis pisang di Guatemala pada 1953.
Caranya, bekerja sama dengan CIA menggulingkan Presiden Guatemala Jacobo Arbenz Guzman yang terpilih secara demokratis. Bernays, antara lain, menyebarkan 300.000 brosur lewat pos dengan menuduh Presiden Guzman adalah komunis. Ilmu sihir media ini memang mudah digunakan untuk memanipulasi. Jadi jangankan Demokrasi, Nazi saja yang jelas-jelas rusak citranya, bisa dipoles dengan baik oleh Bernays.
“Ada suatu langkah yang mampu membikin opini umum, yaitu kita harus mengajukan berbagai pandangan yang dapat menggoyahkan keyakinan-keyakinan sebelumnya yang sudah tertanam di hati dan pikiran masyarakat. Kalau usaha ini belum mendapatkan perhatian, maka masyarakat harus diberikan pandangan lagi yang secara sosial dapat diterima.

"Dengan cara ini, keyakinan lama yang sudah tertanam di hati manusia akan tergoyahkan, dan pada akhirnya akan tumbang, lantaran terdepak oleh perkembangan zaman. Pada akhirnya pendapat dan pandangan yang tidak searah dengan tujuan Yahudi (yaitu menjadikan ummat manusia hanya memuja materi, pen) akan musnah, dan di dunia akan jatuh ke dalam perangkap kesesatan.” (Protocol of Zion 5). Wallahua'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar