Sabtu, 09 Februari 2013

KETUA KISPA: HASIL REKONSILIASI TERGANTUNG SIKAP AMERIKA


(PERANG DUNIA XXX) – Ketua Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina Ferry Nur mengatakan keberhasilan rekonsiliasi Hamas dan Fatah tergantung sikap Amerika, Jakarta, Sabtu sore (9/2).

“Sebenarnya Hamas dan Fatah bisa bersatu, buktinya mereka bertemu berkali-kali. Sudah tiga rekonsiliasi dan beberapa pertemuan sudah berlangsung. Tapi ketika rekonsiliasi itu akan berakhir dengan baik dan akan ada kesepakatan, Amerika dan zionis Yahudi melakukan penekanan kepada Fatah sehingga Fatah menjaga jarak dengan Hamas,” kata Ferry kepada Miraj News Agency (MINA).
Menurut Ferry, dengan meningkatnya status Palestina yang mulai diakui oleh PBB dan masyarakat internasional, tentunya akan menuntut lebih jauh perjuangan Hamas – Fatah dalam rangka mengembalikan bumi Palestina kepada rakyat Palestina. Juga mengembalikan masjid Al-Aqsha yang sampai saat ini masih dikuasai oleh Yahudi.
“Ini adalah langkah awal untuk  melakukan langkah-langkah berikutnya bagi cita-cita bangsa Palestina, yaitu merdeka secara utuh dan ideologi,” kata Ferry yang akhir tahun kemarin mengunjungi Gaza untuk kedua kalinya.
Ferry berharap ada langkah-langkah yang lebih konkrit dari kedua kelompok. Kemajuan terlihat dari kedua pihak sudah melakukan pendataan peserta pemilu kepada rakyat Palestina setelah tertunda beberapa tahun.
“Itu adalah hal yang sangat menggembirakan, karena sudah mulai tumbuh sikap saling percaya,” kata Ferry. 
“Kita mengharapkan rakyat Palestina dapat memilih pemimpin-pemimpin yang memperjuangkan aspirasi mereka dan akan mengantarkan Palestina kepada kemerdekaan dengan ibukota Al-Quds.”
Mengenai hasil pemilu Israel, Ferry berpendapat bahwa pemilu Israel tidak memiliki pengaruh terhadap rakyat Palestina.
“Bagi rakyat Palestina, ada pemilu atau tidak di Israel, tetap mereka akan berjuang karena intinya  adalah bagaimana mereka dapat kembali ke kampung halamannya, mereka dapat merdeka dan memiliki ibukota Al-Quds yang di dalamnya ada masjidil Aqsha,” tegas Ferry.
Pria yang memimpin sosialisasi masjid Al Aqsha dengan program mushaf Al-Qur’an bercover masjid Al-Aqsha itu menambahkan bahwa itulah yang diinginkan oleh rakyat Palestina, baik di tanah yang terjajah maupun di kamp-kamp pengungsian di berbagai negara-negara Arab.
Perbedaan pendapat  antara Hamas dan Fatah menyebabkan pemilu Palestina yang ditunda selama beberapa tahun. Hamas saat ini menguasai Gaza, sementara Fatah tetap dominan di Tepi Barat.

Pada Mei 2011 dua faksi besar Palestina itu telah menandatangani kesepakatan rekonsiliasi di Doha, Qatar tetapi dalam pelaksaannya belum sesuai harapan. Namun dalam beberapa bulan terakhir ada tanda-tanda hubungan yang lebih dekat antara keduanya. "Kami akan terus mendukung dan melaksanakan rekonsiliasi," kata Meshaal seperti yang diterima MINA di Jakarta.

Meshaal mengungkapkan pihaknya  sedang berkoordinasi dengan para pemimpin Palestina lainnya untuk membentuk pemerintahan Palestina yang berdaulat melalui pamilu parlemen dan presiden. 

“Kami juga berunding dengan PLO (Organisasi Pembebasan Palestina) untuk membentuk komite nasional dan komite aksekutif untuk mempersiapkan pemilu,” tambah pemimpin tertinggi Hamas itu. (Abu Dzakir).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar