Jumat, 23 November 2012

SEMUA NEGARA MERDEKA, KECUALI PALESTINA




Sukabumi, Jawa Barat, 9 Muharram 1434/23 November 2012 (ZIONIS GO TO HELL) – Dalam acara Perumusan Gerakan Infak Seribu Peduli Palestina di  gedung Badan Amil Zakat Infak dan Sedekah  (BAZIS) Sukabumi, Ketua Majelis Ulama Indonesia Bidang Fatwa Sukabumi K.H. Atjeng T. Syah mengatakan semua negara sudah berhasil merdeka kecuali satu negara yang belum, yaitu Palestina.


"Dalam sejarah Republik Indonesia (RI), Konferensi Asia-Afrika (KAA) pada tahun 1955, Indonesia memiliki komitmen bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan. Semua sudah berhasil merdeka kecuali satu, Palestina," kata K.H. Atjeng.

Acara perumusan penyaluran dana solidaritas Palestina yang dipelopori oleh BAZIS  ini adalah wujud kewajiban Muslimin Indonesia kepada saudaranya di Palestina.

"Islam itu bukan rahmatan lil Indonesia (rahmat bagi Indonesia), tapi rahmatan lil 'alamin (rahmat bagi semesta alam)," lanjutnya.

Pada forum yang sama, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi Ustadz Drs. Yakhsallah Mansur, M.A, mengibaratkan Israel adalah orang yang mengakui tanah bangsa lain kemudian mengusir bangsa yang punya tanah tersebut.

"Israel itu datang ke Palestina dan membangun pemukiman dan kemudian mengakui bahwa Palestina adalah tanahnya. Sedangkan bangsa Palestina yang sejak awal pemilik tanah yang sah diusir dengan berbagai cara," kata Ustadz yang sudah pernah mengunjung Masjid Al-Aqsha ini.

Dalam forum perumusan penggalangan dana ini memutuskan  Gerakan Infak Seribu Peduli Palestina akan launching pada tanggal 24 November, Sabtu. Acara launching tersebut akan dihadiri berbagai elemen umat Islam dan para pengusaha. Penggalangan dana ditargetkan selesai di bulan Muharram dan dananya akan disalurkan melalui lembaga Aqsa Working Group yang pada tahun-tahun sebelumnya digandeng oleh BAZIS Sukabumi untuk membantu Palestina.

Pembelaan Palestina atas kemerdekaan Indonesia

KAA yang juga disebut Konferensi Bandung adalah sebuah konferensi antara negara-negara Asia dan Afrika, yang kebanyakan baru saja memperoleh kemerdekaan. KAA diselenggarakan oleh Indonesia, Myanmar (dahulu Burma), Sri Lanka (dahulu Ceylon), India dan Pakistan dan dikoordinasi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Sunario. Pertemuan ini berlangsung antara 18 April-24 April 1955, di Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia dengan tujuan mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis lainnya.

Sepuluh poin hasil pertemuan ini kemudian tertuang dalam apa yang disebut Dasasila Bandung, yang berisi tentang "pernyataan mengenai dukungan bagi kedamaian dan kerjasama dunia". Dasasila Bandung ini memasukkan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB dan prinsip-prinsip Nehru.

Konferensi ini akhirnya membawa kepada terbentuknya Gerakan Non-Blok pada 1961

Kalau ingat sejarah, proklamasi itu bukan gratis. Dukungan yang paling nyata itu datang dari dua  negara. Pertama adalah negara Mesir. Begitu kemerdekaan Indonesia tersebar ke luar negeri, pemerintah Mesir langsung mengirim utusannya yang berada di Bombay ke Jogjakarta (ketika itu ibukota RI sementara), bernama Mohamad Abdul Mun’im, secara berani, karena menembus blokade Belanda.


Sedangkan pengakuan yang diberikan oleh rakyat Palestina, juga sangat heroik. Palestina  termasuk yang mendukung kemerdekaan RI, tetapi  negara Palestina tidak diakui.

Hebatnya, ketika itu pemimpin Palestina, Muhammad Ali Taher menyumbangkan seluruh tabungannya untuk perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI.  (Abu Dzakir)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar