PROTOKOL KE XVI :
Kita harus
berani tampil di tengah masyarakat dan berjuang memimpin universitas
yang ada sekarang. Setelah itu, penulisan sejarah akan kita tinjau
kembali, dan menyisihkan sejarah yang menghujat nama bangsa Yahudi.
Kritikan dari orang non-Yahudi tidak begitu bahaya, tetapi yang perlu
diwaspadai adalah pendidikan yang berjalan dengan kurikulum mereka
sendiri (bukan meniru kurikulum kita). Maka usahakan pendidikan semacam
itu harus dilenyapkan. Bila tidak mampu, ia harus dikucilkan dari
masyarakat.
ilustrasi |
Segala macam yang melambangkan kemerdekaan berpendapat harus
dilenyapkan, walaupun slogan itu pernah kita gunakan untuk meraih
tujuan. Kita telah meletakkan program untuk menarik simpati masyarakat
dengan memberi pelajaran empiris nyata (contohnya kurikulum berbasis
kompetensi SD-SMA di Indonesia sekarang, pen), dan membuang pelajaran
yang bersifat non-empiris (misalnya pendidikan budi-pekerti, pen).
Pelajaran ini amat sistimatis, agar kaum pelajar tidak mampu berfikir
luas, dan tidak mampu memecahkan persoalan tanpa bantuan orang lain.
Jadi mereka bagaikan binatang ternak, yang dapat digiring menurut
kehendak pengembala. Mereka hanya mentaati penjelasan dari guru tanpa
berusaha untuk mendalaminya. Sistem ini telah berhasil kita suntikkan
dalam sekolah di negeri Prancis, yang ditangani oleh aktivis yang
bernama Bouro.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar