Yahudi Ashkenazim dan Yahudi Sephardim
Kaum Yahudi Eropa yang kini berkuasa di negara Israel disebut kelompok Yahudi “Ashkenazim”. Mereka keturunan bangsa pagan Cathar, yang menghuni dataran tinggi Georgia di Rusia Selatan. Mereka diduga baru memeluk agama versi sesat Qabalisme Yahudi pada awal abad Masehi, ketika panglima Legiun Romawi Titus menguasai dan menghancurkan lagi Jerusalem pada tahun 70 M.
Kaum Yahudi bertahan di sebuah benteng di gigir bukit Masada, dan tatkala mengetahui benteng itu tidak dapat di pertahankan lagi orang-orang Yahudi melakukan bunuh diri secara beramai-ramai dan meninggalkan sindrom Masada yang kini menghinggapi orang Israel – ketakutan akan punah dihancurkan oleh musuh-musuhnya.
Penduduk Jerusalem kembali mengungsi meninggalkan Jerusalem, tidak terkecuali para penganut Qabalis
Yahudi yang bertebaran ke seluruh penjuru Asia Minor dan Eropa Selatan. Kaum Qabalis membawa serta ajaran dan “kitab suci” Talmud mereka, yang merupakan karya para rabbi, yang memuja Lucifer atau Iblis, sebagai tuhan.
Kaum “Ashkenazim” memiliki ritual ibadah dan logat Ibrani sendiri,
yang membedakan mereka dengan Yahudi
“Sephardim”
, kaum Yahudi dari negeri Judah, yang berpegang pada Taurat Musa. Yahudi“Ashkenazim” yang berdiam di Rusia Selatan kemudian menyebar keseluruh Eropa, Amerika, dan Australia, mereka kemudian berkembang menjadi kelompok yang lebih dominan baik dalam jumlah maupun perannya di dunia. Kaum Yahudi Ashkenazim menjadi pemrakarsa gerakan Zionisme internasional dan di kemudian hari memegang
kekuasaan politik di negara Israel modern dibandingkan dengankelompok Yahudi “Sephardim”
Dialektika Yahudi Ashkenazi dan Yahudi Sephardin
Paus Paulus II bersama tokoh Yahudi Ashkenazi dan Sephardin |
Kita mungkin sering mendengar tentang Yahudi secara ras atau kebangsaan, terlepas dari tindak-tanduk politis mereka. Menurut sejarah dan asal-usulnya, secara garis besar bangsa Yahudi terdiri dari dua jenis ras, yakni Yahudi Sephardin dan Yahudi Ashkenazi. Mungkin perbedaan ini secara politis tidak akan menjadi masalah, namun sesungguhnya hal inilah salah satu faktor yang memicu perubahan tata dunia pra-Perang Dunia I & II, mengubah wajah Eropa menjadi beberapa aliansi.
Sebelumnya, marilah kita tengok sejarah munculnya kedua ras Yahudi yang berbeda ini.
Ketika Kaisar Titus dari Romawi beserta bala tentaranya menginvasi Yerussalem tahun 70 M, inilah awal episode baru kehidupan bangsa Yahudi. Ketika meninggalkan tanah Palestina, mereka beramai-ramai berdiaspora ke seluruh penjuru dunia, terutama wilayah-wilayah yang berdekatan dengan laut Mediterania. Sebagian dari mereka ada yang ke Irak tempat dimana nenek moyang mereka pernah menjadi tawanan kerajaan Babylonia setelah Yerusalem diserang Raja Nebukadnezzar pada 586 SM. Sebagian lain ada yang menuju Mesir, yang juga di masa lalu nenek moyang mereka pernah menjadi budak kerajaan Firaun. Sebagian lain bergerak melalui jalur laut menuju Eropa Barat, seperti Spanyol, Italia, Perancis hingga ke Inggris. Sisanya bergerak ke Semenanjung Arab di Selatan, hingga ke tanah Yastrib (Madinah).
Menurut data sejarahwan Inggris, Laurent Gardner dalam bukunya “Bloodline of the Holy Grail”, menyebutkan bahwa diantara rombongan yang berlayar ke barat itu juga ikut Istri Nabi Isa (Yesus), Maria Magdalena dan anak-anaknya, adik laki-laki Nabi Isa, Joseph Arimathea, dan murid-muridnya, Simon, Paulus dan Pieter yang dikenal sebagai pendiri gereja Romawi yang masih bertahan hingga sekarang. Kemudian Maria wafat di Perancis, Joseph wafat di Inggris dan Simon wafat di Corsica, sebuah pulau di sebelah tenggara Perancis.
Kemudian orang-orang Yahudi yang berdiaspora ke Eropa Barat tersebut melakukan asimilasi dengan penduduk kulit putih setempat, dan melahirkan keturunan campuran yang dikenal dengan Yahudi Sephardin atau Yahudi putih. Sedangkan Yahudi yang bergerak ke Timur, tepatnya ke Irak, berasimilasi dengan masyarakat Khazar, setelah raja Khazar yang juga memiliki garis keturunan Mongolia memeluk agama Yahudi pada abad VIII masehi. Nah keturunan Yahudi-Khazar ini kemudian disebut Yahudi Ashkenazi, atau Yahudi gelap. Mereka dominan berada di Eropa Timur, seperti Rusia, Polandia, Austria dan Jerman.
Dari ciri fisiknya, Yahudi Sephardin memiliki ciri mata biru bening dan hidung cenderung lebih lancip yang didapat dari darah kulit putih khas penduduk Eropa Barat. Sedangkan Yahudi Ashkenazi memiliki hidung lebih besar dan tebal, mendekati ciri khas hidung bangsa Arab yang memang dari awal berasal dari satu nenek moyang, Nabi Ibrahim (Abraham).
Nah dari kedua perbedaan sub-ras ini (Sephardin dan Ashkenazi) akhirnya memunculkan persaingan yang cukup sengit dan cenderung diam-diam. Yahudi Ashkenazi pada umumnya dianggap lebih rendah oleh Yahudi Sephardin. Yahudi Sephardin menjulukinya dengan ejekan kike atau Yahudi hitam kepada Yahudi Ashkenazi. Dan di sisi lain Yahudi Ashkenazi memiliki kadar sifat negatif yang lebih menonjol dibandingkan Yahudi Sephardin, seperti licik, kejam dan ambisius.
Namun tindak diskriminasi yang (selalu) dialami bangsa Yahudi saat itu, baik Sephardin atau Ashkenazi, seperti pembatasan kepemilikan tanah, menjadikan orang-orang Yahudi lebih memfokuskan diri pada bisnis simpan-pinjam emas dan uang serta industri perhiasan. Dan siapa sangka justru karena bisnis terbatas inilah mereka mampu mengumpulkan kekayaaan yang melimpah karena mampu “menciptakan” selembar uang kertas menjadi setumpuk emas, dan sistem ini terus berjalan hingga sekarang. (Lihat artikel Sejarah Dominasi Dollar & The Fed dalam blog ini)
Setelah bertahan dan berlalu belasan abad, akhirnya tiba di abad 18. Dan salah satu keluarga Yahudi yang sukses karena bisnis tersebut adalah keluarga Rothschild yang dipelopori oleh Mayer Amschel Rothschild, 1743-1812. (selanjutnya akan dibahas pada artikel “Dinasti Rothschild, Penopang Zionisme”). Seorang Yahudi Ashkenazi asal Frankfurt, Jerman. Dan selain berbisnis simpan-pinjam uang (dengan riba tentunya), keluarga ini melakukan bisnis penyediaan jasa tentara bayaran. Dan tentara pinjaman keluarga ini telah banyak terlibat di medan perang, seperti Perang Sipil di Amerika (1865-1868), Perang Naopleon Bonaparte (1769-1821) yang dipicu oleh revolusi Perancis (1789) meliputi perang Waterloo dan Austerlitz dan sejumlah perang lainnya.
Sedangkan dari kalangann Sephardin, figur-figur yang menonjol diantaranya adalah keluarga Samuel di Belanda dengan Dutch Shell Oil Company nya, keluarga Sasson yang menguasai perdagangan di India dan Cina, keluarga Isaacs, Montagu dan keluarga Lord Reading. Sedangkan di Amerika, tokoh-tokoh yang terkenal diantaranya keluarga Morgan pemilik Morgan Stanley Bank dan keluarga Rockefeller yang bahkan dipercaya pengaruhnya nyaris sama besar dengan keluarga Rothschild. Dinasti Rockefeller menguasai industri minyak dan diantara produknya adalah Exxon Mobile Corporation, selain itu juga menguasai perusahaan property, perbankan pula, pers dan industri vital lainnya. Figur Sephardin dalam sekala lebih kecil nya termasuk keluarga Bush yang menelurkan dua anggotanya menjadi presiden Amerika (George Herbert Bush., Sr & George Walker Bush., Jr) dan keluarga Roosevelt yang menghasilkan dua anggotanya juga menjadi presiden Amerika (Theodore Roosevelt & Franklin D. Roosevelt).
Tentang eksistensi Yahudi, Sephardin dan Ashkenazi juga memiliki pandangan berbeda. Kaum Sephardin memandang Yahudi adalah sebagai suatu kelompok religius atau lebih cenderung tentang kesatuan agama Yahudi. Namun orang Ashkenazi memandang Yahudi adalah sebagai suatu kesatuan politik yang berdasarkan ras atau bangsa Yahudi. Namun dalam hal keimanan, baik Ashkenazi ataupun Sephardin memiliki kesamaan yang cukup fanatik. Yakni mereka lebih mengimani Talmud yang merupakan hasil karangan rabi-rabi atau pemuka agama mereka, dibanding Taurat yang diwahyukan Nabi Musa (Moses). Karena keduanya, sesungguhnya keturunan sekte Parisi dan Saduki, yakni Yahudi penyembah berhala. Bukan sekte Essene yang murni mengikuti ajaran tauhid (Tuhan Yang Maha Esa) yang dibawa Nabi Ibrahim (Abraham), Nabi Musa (Moses), Nabi Daud (David), Nabi Sulaiman (Solomon) dan Nabi Isa (Yesus).
Kesamaan mereka pun ada pada cara mereka menghadapi kaum non-Yahudi yang mereka sebut gentile atau goyim yang artinya binatang ternak. Dalam hal ini mereka mengesampingkan perbedaan yang ada dan bersatu padu. Orang Ashkenazi berslogan “Racial Persecution!”, sedangkan Sephardin memiliki motto “Religion Intolerance!” terhadap orang-orang goyim. Dan keduanya memiliki sebutan sama untuk orang non-Yahudi yang dianggap mengancam mereka : anti-Semit.
Dan dalam tatanan politik dunia sekarang, khususnya di akhir abad-20 dan di awal abad-21, Yahudi Sephardin menguasai panggung ekonomi & politik Inggris dan Amerika. Sedangkan Yahudi Ashkenazi menguasai panggung ekonomi & politik Uni Eropa. Hal ini menjadi penjelas mengapa Inggris cenderung sangat kuat mendukung Perang Irak dan Afghanistan yang dilancarkan Amerika dan sebaliknya dikenal sulit berintegrasi kepada Uni Eropa, yang juga terlihat dalam hal ekonomi, yakni mereka enggan menggunakan mata uang Euro secara luas, dan masih mempertahankan Poundsterling.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar